Ada baku tembak dan ledakan bom di stasiun SMRT tampines West, Singapura pada Minggu (27/1/2019) kemarin tapi tak membuat panik penumpang. Sebab, ini bukanlah kejadiannya nyata melainkan adalah sebuah simulasi dari serangan teror yang melibatkan dua pria bersenjata dan seorang pembawa bom bunuh diri.
Baca juga: Setelah X-Ray, Kini Giliran Robot Patroli Hadir di Stasiun MRT Singapura
Dilansir KabarPenumpang.com dari laman straitstimes.com (27/1/2019), simulasi ini sendiri disebut sebagai latihan Quicksand dan merupakan latihan kontingensi angkutan umum yang dilakukan oleh Singapore Police Force (SPF) yang dibantu oleh Angkatan Pertahanan Sipil Singapura, Otoritas Transportasi darat dan Transit SBS. Dalam simulasi ini melibatkan 120 orang dan pengamat dari agensi ikut andil dalam latihan tersebut.
Simulasi ini dimulai sekitar pukul 13.00 waktu Singapura dengan dua pria bersenjata dan seorang pembawa ransel besar memasuki stasiun MRT. Kemudian baku tembak terjadi saat pihak keamanan stasiun mencoba menahan pria bersenjata tersebut.
Tiga penumpang stasiun berlindung di dinding dan melaporkan serangan ke polisi melalui SMS ke 71999. Dalam simulasi satu penumpang ditembak dan dua lainnya melakukan pertolongan pertama kepada korban.
Kemudia pria ketiga yang menggunakan jaket membuntuti para pria bersenjata dan tiba di peron stasiun tanpa di sadarai. Dia meledakkan bom yang terpasang di rompinya, tetapi untungnya penumpnag sudah dievakuasi untuk meminimalisir korban.
Simulasi anti teror tersebut berlangsung selama 45 menit. Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Air Masagos Zulkufli yang ikut mengamati simulasi Quicksand mengatakan, hal ini penting untuk dilakukan baik dengan meminta lembaga kerja sama untuk menjalankan latihan seperti itu atau mengingatkan masyarakat bahwa serangan teror dapat terjadi kapanpun.
“Negara kita (Singapura-red) merupakan hadiah bagi setiap teroris untuk dibanggakan, kita rentan dan oleh karena itu harus dipersiapkan sebanyak mungkin. Bahkan dalam mencegah para pelaku seperti membentuk basis di Singapura untuk indoktrinasi dan pandangan ekstrem, kita harus melakukan yang terbaik,” kata Masagos.
Simulasi serangan teror ini merupakan bagian dari SGSecure, merupakan gerakan kesadaran terorisme nasional dan bertujuan untuk meningkatkan kesiapan keamanan dan tanggapan bersama antara Home Team, operator transportasi umum dan masyarakat melalui simulasi serangan teror di stasiun MRT. Komandan Komando Keamanan Transportasi Umum dan Asisten Komisaris Polisi Koh Wei Keong mengatakan hub transportasi umum memiliki lalu lintas manusia yang tinggi dan menjadi target teroris.
“Latihan ini menunjukkan bahwa ketika masyarakat dipersiapkan, dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan, itu dapat membantu menyelamatkan nyawa,” kata Keong. Area stasiun MRT di Singapura pernah diindikasikan sebagai sasaran terorisme berdasarkan informasi intelijen.
Baca juga: Tak Hanya Satu, Ada 4 Stasiun MRT Singapura yang Terkenal Angker
Polisi menyarankan bahwa dalam skenario serangan teror, masyarakat harus memasukkan informasi seperti jumlah penyerang, perincian seperti peralatan mereka dan seperti apa penampilan mereka, dan lokasi serangan, dalam SMS mereka kepada polisi.