Ada banyak faktor yang mesti diperhatikan oleh awak kabin sebelum sebuah pesawat mengudara – salah satu yang paling penting adalah pengaturan tentang tekanan udara di dalam kabin. Pada Rabu, 19 September 2018, maskapai Jet Airways yang mengudara dari Mumbai menuju Jaipur mengalami insiden karena awak kabin lupa mengatur tekanan udara di dalam kabin.
Baca Juga: Pilot Lupa Aktifkan Pengatur Tekanan Kabin, Jet Airways Terpaksa Return to Base
Alhasil, 30 dari 166 penumpang yang ada di dalam penerbangan tersebut mengalami gangguan kesehatan seperti sakit kepala dan mimisan. Parahnya lagi, lima dari 30 penumpang tersebut sampai dilarikan ke rumah sakit karena mengeluhkan sakit berlebih pada telinga, hidung, dan tenggorokan.
Ini bukanlah kejadian pertama yang menimpa dunia aviasi global. Mundur ke bulan Juli 2018, penerbangan Ryanair dari Kroasia menuju Dublin pun pernah mengalami kejadian yang sama dan memaksa kapten penerbangan untuk melakukan pendaratan darurat. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa mengatur tekanan udara di dalam kabin merupakan salah satu aspek keselamatan dalam penerbangan yang tidak boleh dilupakan.
Dilansir KabarPenumpang.com dari laman indianexpress.com (20/9/2018), tubuh manusia memiliki kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi di lingkungan dengan ketinggian kurang dari 3.000 meter. Angka tersebut masuk ke dalam ketinggian jelajah rendah bagi pesawat terbang – normalnya di angka 10.600 meter.
Misalnya saat pesawat ada di ketinggian 5.500 meter dan awak kabin lupa untuk mengatur tekanan udara di dalam kabin, penumpang akan mengalami tekanan sebesar 3,3 kg per inci persegi dan bisa jatuh pingsan dalam waktu 30 menit. Sebagaimana yang terjadi pada penerbangan Jet Airways dan Ryanair tersebut, jika tekanan udara di dalam kabin tidak disesuaikan dengan ketahanan manusia tersebut (di bawah 3.000 meter), maka beragam keluhan fisik biasanya langsung dirasakan oleh penumpang – paling lazim adalah mimisan dan pendarahan pada telinga.
Hal ini disebabkan oleh tekanan udara yang menekan pembuluh darah dalam tubuh manusia sehingga darah mengalir dari sejumlah lubang seperti telinga dan hidung. Saat ketinggian pesawat semakin naik, maka kandungan oksigen akan semakin tipis dimana itu akan berdampak pada penumpang yang mulai kedinginan, hipotermia, dan kekurangan oksigen dalam darah yang menyebabkan hipoksia.
Baca Juga: Masker Oksigen, “Penyambung Nyawa” Saat Kabin Kehilangan Tekanan
Kembali ke kasus Jet Airways tadi, pihak maskapai telah membekukan awak kabin yang diduga lalai dalam bertugas dan telah berkoordinasi dengan otoritas keamanan untuk menindaklanjuti kasus ini lebih dalam.