Penyediaan layanan pembelian secara online terpadu lintas platform menjadi barometer suksesnya perusahaan berbasis transportasi. Dan dari beberapa perusahaan yang menerapkannya di Tanah Air, PT KAI boleh dibilang telah menuai keberhasilan dalam implementasi pembelian tiket secara digital, memudahkan calon penumpang untuk melakukan tahapan reservasi sampai pembelian tiket dari aplikasi dan website. Meski jalur pembelian tiket KA sudah tersebar luas di banyak merchant, jalur pembelian tiket langsung (offline) tetap diminati oleh para penumpang tradisional kereta api.
Pada prinsipnya, jalur pembelian online untuk tiket KA masuk dalam skenario B2B (Business to Business), disini PT KAI menggandeng mitra seperti Traveloka, Agoda, Tiket.com, Indomaret, dan lain-lain untuk menyediakan channel pembayaran. Merujuk informasi dari Kumparan.com (1/2/2017), disebutkan jumlah penumpang PT KAI sepanjang tahun 2016 mencapai 351,8 juta orang, naik 7,94 persen dibandingkan tahun 2015. Melihat besarnya jumlah penumpang di tahun lalu, muncul pertanyaan, berapa persen sebenarnya penumpang kereta yang membeli tiket secara online?
Kepada KabarPenumpang.com, M. Kuncoro Wibowo, Direktur Komersial PT KAI menyebutkan, “Jumlah penumpang kereta yang membeli tiket secara online sudah mendominasi, persisnya pembelian lewat online mencapai 64 persen, sementara 36 persen sisanya penumpang yang membeli langsung di loket stasiun.” PT KAI tergolong perusahaan yang cepat dalam beradaptasi pada sistem pembelian online, pasalnya BUMN ini baru memulai sistem pembelian online pada akhir tahun 2010, yakni saat menyambut momen Natal dan Tahun Baru.
PT KAI diketahui juga lumayan membuka diri dalam bermitra dengan perusahaan lain untuk memasarkan tiket secara online, sehingga penjualan tiket kereta api kini sangat mudah ditemukan, bahkan beberapa mitra utama PT KAI juga membuka jalur agent resseler.