Jika perkeretaapian Indonesia yang berada di bawah naungan PT KAI lebih memilih untuk menggunakan PopSo sebagai penganan penangkal lapar penumpang selama perjalanan, dan Garuda Indonesia tetap mengandalkan olahan dari Aerofood Catering Services-nya (ACS), lalu bagaimana dengan yang terjadi di luar negeri sana?
Baca Juga: Chef Vindex Tengker, Sosok Dibalik Lezatnya Hidangan di Kabin Garuda Indonesia
Sebagaimana yang dikutip KabarPenumpang.com dari laman thestar.com.my, adalah Brahim’s SATS Food Services’ (BSFS) muncul sebagai nama penyedia jasa layanan katering dari beberapa maskapai terkemuka, seperti Malaysia Airlines, AirAsia X, Qatar Airways, ANA All Nippon Airways, Emirates, hingga Cathay Pacific. Setiap harinya, 11 koki, 164 juru masak, dan lebih dari 1.300 staf dapur berkutat di dapur BSFS untuk memastikan perut 50.000 penumpang dari sejumlah maskapai tersebut terisi.
Mengemban tugas berat, rasanya tidak heran jika BSFS memiliki dapur yang besarnya hampir menyaingi ukuran dari empat lapangan sepak bola, dengan daftar belanja mencapai satuan ukur ton. Executive Chef dari BSFS, Graeme Laws Pullen menjabarkan bahwa setiap makanan yang keluar dari dapur dapat dipastikan memiliki kualitas yang sangat terjaga.
“Proses pengolahan, suhu, dan kualitas makanan kami awasi secara ketat,” terang Graeme sembari membeberkan fakta yang terjadi sehari-hari di balik dapur BSFS. “Yang paling penting adalah makanan yang disajikan kepada penumpang harus berada dalam kondisi segar,” imbuhnya. Hebatnya lagi, makanan yang dihasilkan oleh BSFS ini dipastikan halal.
Menyoal penganan halal, asisten koki eksekutif, Zainuddin Md Isa menyebutkan bahwa setiap makanan yang disiapkan oleh BSFS telah terlebih dahulu disertifikasi oleh Malaysian Islamic Development Department (Jakim).
“Misalnya, penerbangan yang datang dari luar negeri mungkin telah menyajikan makanan non-halal. Untuk memastikan makanan kami tetap halal, semua barang pecah-belah dan peralatan dari pesawat akan melewati proses samak (ritual pembersihan),” katanya. Zainuddin menambahkan bahwa prosesi samak ini sendiri bahkan menggunakan tanah liat impor, guna memastikan prosesi tersebut telah sesuai dengan syariah seperti yang ditentukan oleh Jakim.
“Saya akan secara acak mencicipi kue atau hidangan untuk menentukan apakah itu dapat diterima atau perlu diulang,” katanya sembari menjelaskan proses Quality Control yang berlaku di BSFS. Ketika disinggung soal teknis pelayanan, Zainuddin mengatakan bahwa pesanan yang dipesan oleh pihak maskapai harus diselesaikan 16 jam sebelum penerbangan. “Makanan yang disiapkan akan dimuat dua jam sebelum take-off,” terang Zainuddin. “Pengaturan jadwal yang cermat menjadi sangat penting agar makanan bisa tetap segar ketika disajikan,” tandasnya.
Baca Juga: Tiru Kehigienisan Reska, PT ASDP Coba Peruntungan Tawarkan PopSo di Kapal Ferry
Menimpali pernyataan Zainuddin, Graeme mengatakan BSFS menyiapkan rata-rata antara 45.000 hingga 55.000 makanan setiap harinya untuk sekitar 270 penerbangan yang meninggalkan Kuala Lumpur International Airport. “Ketika puncak musim libur, angka tersebut tentunya akan bertambah,” jelasnya.