Era otomatisasi kian merambak ke sejumlah sektor transportasi dewasa ini. Hal tersebut dibuktikan dengan uji coba lokomotif otonom oleh operator kereta asal Swiss, Swiss Federal Railways (SBB). Bukan tanpa alasan, pengadaan lokomotif otonom ini merupakan tindak lanjut dari maraknya kecelakaan kereta yang diakibatkan oleh human error. Walaupun beda region, namun Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pernah menyebutkan bahwa faktor human error merupakan salah satu penyebab tingginya angka kecelakaan di dunia.
Baca Juga: AutoHaul, Kereta Diesel Otonom di Australia Barat
Seperti yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman rt.com (7/12/2017), lokomotif otonom tersebut berhasil menembus kecepatan 125 mph atau yang setara dengan 200 km per jam. Sebagaimana yang tercantum di laman sumber, pihak SBB sendiri pun mengakui bahwa tujuan utamanya dalam menjajaki sistem autopilot baru ini merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas dan keamanan. Sehingga diharapkan, sistem perkeretaapian di negara yang terkenal dengan Pegunungan Alpennya ini dapat memperbaiki pelayanannya terhadap konsumen atas dasar keamanan.
Sistem otonom yang berada di lokomotif ini merupakan hasil upgrade dari perangkat lunak SmartRail 4.0, dimana ‘peningkatan kasta’ ini memungkinkan kereta untuk menambah dan mengurangi kecepatan tanpa memerlukan masinis. Pengujicobaan lokomotif otonom yang menarik serangkaian gerbong kosong ini sendiri terjadi di jalur yang membentang antara Berne dan Olten.
Hasil uji coba ini pun bisa dibilang sesuai dengan yang diharapkan, yaitu kereta dapat melakukan percepatan dan mengerem secara otomatis, dimana uji coba ini diawasi langsung oleh tenaga ahli yang berada di balik layar monitor berisikan sistem. Pengujian sistem otonom ini dilakukan di malam hari, dan tentu saja tidak ada penumpang yang diijinkan untuk masuk ke dalam gerbong. Ini merupakan antisipasi jikalau kereta mengalami kecelakaan pada saat uji coba.
Meskipun teknologi otonom ini memungkinkan kereta beroperasi secara efektif, namun SBB telah menyarankan bahwa sistem tersebut hanya akan diimplementasikan sebagai sistem bantuan pendorong. “SBB yakin bahwa, di masa depan juga, personil yang berkualitas harus tetap berada di dalam kereta untuk memastikan keamanan dan ketepatan operasi perkeretaapian,” kata SBB dalam sebuah pernyataan yang diumumkan pasca pengujian tersebut.
Baca Juga: Graceful Super Express, Cikal Bakal Layanan Kereta Jarak Jauh Tokyo-London
Kehadiran kendaraan otonom memang mendominasi pemberitaan belakangan ini, dari mulai Tesla hingga Volocopter yang hingga kini masih berkutat untuk mencari pasar yang tepat. Terdapat pula sejumlah sistem Metro tanpa masinis yang sudah mulai dioperasikan di beberapa belahan dunia, termasuk di Barcelona dan Kopenhagen. Namun untuk kasus kereta peluru otonom, para penggiat bisnis masih mempertimbangkan banyak pilihan dan resiko kemungkinan yang terjadi.