Jepang, negara yang terkenal dengan kereta cepatnya baru saja memperkenalkan teknologi terbarunya yang dapat menunjang keselamatan para penumpang Shinkansen. Teknologi ini lahir setelah tiga perusahaan kereta api Jepang menandatangani kesepakatan kerja sama dengan sebuah lembaga penelitian negara bagian untuk menerapkan sebuah sistem yang dapat menghentikan kereta Shinkansen lebih cepat jika terjadi bencana alam.
Baca Juga: Kereta Cepat Bi-Mode Shinkansen Siap Dirakit di Tanah Britania Raya
Seperti yang dihimpun KabarPenumpang.com dari laman japantimes.co.jp (31/10/2017), JR East, Central Japan Railway Co. (JR Tokai) dan West Japan Railway Co. menyepakati kerja sama dengan National Research Institute for Earth Science and Disaster Resilience mengenai distribusi data yang dapat menunjang keselamatan kereta Shinkansen untuk mencegah bencana yang melibatkan kereta peluru tersebut. Ini merupakan tindak lanjut dari serangkaian gempa bumi hebat yang terjadi sejak Maret 2011 silam.
Sinyal berhenti darurat anyar yang telah diperkenalkan pada awal bulan kemarin ini memungkinkan kereta berhenti 10 hingga 30 detik lebih cepat ketimbang sistem yang saat ini digunakan. Diketahui, sistem yang saat ini digunakan memanfaatkan data seismik yang ditangkap oleh sebuah sensor gempa yang tertanam di dasar Samudera Pasifik.
Rencananya, sistem pengereman baru ini akan diperkenalkan pertama kali di Jalur Tohoku Shinkansen yang menghubungkan Tokyo dan Prefektur Fukushima serta Jalur Joetsu Shinkansen yang menghubungkan Tokyo dan daerah sekitar Kumagaya di Prefektur Saitama.
Sedangkan Jalur Tokaido Shinkansen yang menghubungkan Tokyo dan daerah Osaka, serta Jalur Sanyo Shinkansen yang menghubungkan daerah Osaka dan Prefektur Fukuoka, yang masing-masing dioperasikan oleh JR Tokai dan JR West ini rencananya akan diperkenalkan sekitar musim semi 2019.
Ketiga perusahaan kereta api Jepang tersebut telah menyiapkan sensor gempa terestrial di sepanjang garis pantai namun sensor-sensor ini tidak diharapkan bereaksi cukup cepat untuk menghentikan kereta jika terjadi gempa dengan skala yang besar. Di bawah pengaplikasian sistem keselamatan baru ini, ketika sebuah sensor di dasar laut mendeteksi gempa yang cukup besar, tenaga listrik yang dipancarkan dari gardu induk akan diputus secara otomatis dan kereta peluru akan melakukan pemberhentian darurat.
Baca Juga: Armada Anyar Shinkansen Siap Mengular Pada 2020 Mendatang
Data gempa akan disediakan dari jaringan observatorium dasar laut yang mencakup wilayah sepanjang Palung Jepang – di lepas pantai wilayah Tohoku hingga Semenanjung Boso – serta daerah sepanjang Palung Nankai – di lepas pantai Semenanjung Kii hingga Shikoku. “Jika Shinkansen tengah melaju dalam kecepatan tinggi lalu tergelincir akibat gempa, pengaruhnya terhadap penumpang akan sangat besar. Kami ingin mendeteksi gempa sesegera mungkin agar bisa meminimalisir risiko yang mungkin terjadi,” tukas salah seorang pejabat JR East.