Mass Rapid Transit (MRT) di Singapura pada Rabu pagi 15 November lalu mengalami insiden tabrakan di Stasiun Joo Koon. Akibat kejadian ini sebanyak 29 orang mengalami luka-luka, dengan rincian 27 penumpang dan 2 staf SMRT yang sebagian besar mengalami kondisi patah tulang. Atas kejadian tersebut, otoritas Singapura akhirnya mengungkap latar belakang peristiwa tabrakan yang melibatkan dua rangkaian kereta.
Baca juga: Terowongan MRT di Singapura Kebanjiran? Ini Dia Penyebabnya!
Persisnya saat kejadian, sebuah rangkaian kereta menuju ke arah stasiun Tuas Link terhenti di stasiun Joo Koon pukul 8.18 pagi waktu setempat. Satu menit kemudian, kereta lainnya berhenti tepat di belakang kereta pertama yang rusak dan tiba-tiba bergerak maju tanpa diduga sehingga menabrak kereta pertama. Menteri Perhubungan Singapura Khaw Boon Wan mengatakan, ini adalah insiden besar pertama yang melibatkan sistem teknologi sinyal baru.
Tak hanya itu, Wakil Kepala Eksekutif Infrastruktur Pembangunan Otoritas Transportasi Darat (LTA) Chua Chog Kheng mengatakan, atas insiden ini operasional MRT dari Joo Koon menuju Tuas Link dihentikan sepanjang hari Kamis 16 November 2017. Sebagai gantinya akan ada layanan bus untuk alternatif warga yang terdampak penghentian operasional jalur tersebut.
Adanya tabrakan ini mengingatkan kejadian 24 tahun lalu tepatnya 5 Agustus 1993 di stasiun Clemeti dan sebanyak 156 penumpang luka-luka. Pada insiden ini, panel penyelidik independen yang terdiri dari Departemen Pekerjaan Umum, Politeknik Temasek, dan Mass Rapid Transit Corporation dibentuk untuk menyelidiki masalah tersebut.
Dua bulan kemudian panel tersebut melaporkan bahwa ada tumpahan minyak dari lokomotif yang melakukan pemeliharaan pada pagi yang sama. Ditemukan cincin karet yang rusak dan pecah sehingga menyebabkan 50 liter minyak tumpah kelintasan.
Panel tersebut menemukan bahwa staf tidak bertindak agresif dan segera untuk mengatasi tumpahan tersebut. Setelah kejadian tumpahan minyak tersebut sepuluh kereta masih menggunakan jalur tersebut tetapi sulit melakukan pengereman.
Pada kereta ke-11 yang terlibat tabrakan sebenarnya sudah menggunakan sistem rem darurat, namun sedikit tertunda sehingga pada saat kereta ke 12 masuk stasiun dan sistem pengereman otomatis sudah diaktifkan tetap saja tak bisa berhenti karena tumpahan minyak tersebut sehingga mengakibatkan tabrakan keduanya. Tidak ada staf yang ditemukan lalai dalam tugas mereka, dan panel tersebut merekomendasikan agar lokomotif perawatan diperiksa kebocoran minyak saat mereka kembali ke depot.
Baca juga: Stasiun MRT Singapura Siap Uji Coba Gerbang Tiket “Handsfree”
Hal ini membuat SMRT mewajibkan para petugas stasiun untuk memeriksa dan membersihkan jalur sebelum kereta berangkat ke stasiun tujuan. Saat itu diketahui pihak SMRT menerima lebih dari 150 klaim untuk kompensasi yang diajukan secara pribadi melalui hotline kompensasi mereka yang disiapkan satu hari setelah kecelakan tersebut. Adapun penggantian yang diberikan untuk biaya pengobatan dan barang yang rusak akibat tabrakan.