Pada hari ini, tepat 59 tahun, Antonov An-22 Antei, pesawat turboprop terbesar di dunia terbang perdana di langit Kiev, Ukraina, pada 27 Februari 1965. Pesawat dengan kapasitas payload maksimum sampai 80 ton tersebut pada penghujung tahun 2018 silam, digadang-gadang menjadi penyebab sumber suara bising yang di langit Jawa Tengah, khususnya Krapyak, Pekalongan, Semarang, hingga Kendal. Setelah ditelusuri lebih jauh, usut punya usut, suara tersebut memang berasal dari pesawat Antonov, tetapi bukan Antonov An-22 Antei, melainkan berasal dari Antonov An-12.
Baca juga: Oleg Konstantinovich Antonov – Sosok Legendaris di Balik Nama Besar “The Mammoth” An-225
Meski demikian, faktanya, An-22 pada dasarnya merupakan versi yang “dibesarkan” atau dikembangkan dari An-12, kecuali desain ekornya yang didesain ulang menjadi sirip ekor vertikal kembar. Pesawat ini menghasilkan performa luar biasa dengan pemakaian empat mesin turboprop yang sangat powerful, masing-masing memakai baling-baling contra-rotating yang menghasilkan slipstream signifikan di atas sayap.
Dikutip KabarPenumpang.com dari laman Indomiliter.com, Kamis, (27/2), Antonov An-22 dalam kode NATO disebut sebagai “Cock,” pesawat ini terlahir di masa kejayaan Uni Soviet. Dirancang oleh Antonov Design Bureau. Pesawat ini terbang perdana di Kiev, Ukraina pada 18 Agustus 1964 dan penampakan perdana prototipe An-22 pada Paris AirShow 1965, kemudian resmi diluncurkan dua tahun kemudian pada 1967.
Selain ukurannya yang raksasa, yaitu panjang 57 meter dan lebar bentang sayap 64,4 meter, dan dapat terbang sejauh 5.000 km, ciri khas dari An-22 adalah penggunaan mesin turboprop dengan sepasang baling-baling yang berputar berlawanan arah, sama dengan yang ada di Tupolev Tu-114. Seperti halnya pakem C-130 Hercules, An-22 mengadopsi empat unit mesin. Antonov memilih mesin turboprop Kuznetsov NK-12MA yang setiap mesinnya dapat menghasilkan tenaga 15.000 shp.
Antonov An-22 juga punya kemampuan mumpuni dalam berbagai operasi, yakni kemampuan untuk lepas landas dari lapangan udara yang punya runway keras, tidak beraspal, dan pendek, sehingga memungkinkan pasukan linud untuk melakukan operasi pendaratan udara.
Di samping itu, Antonov An-22 juga bisa digunakan untuk mengangkut penumpang, dengan kapasistas masksimal 36 orang, 28 penumpang dan sisanya awak pesawat. Berbeda dengan kabin penumpang dan kokpit yang bertekanan, ruang kargonya tidak bertekanan sehingga memungkinkan pintu kargo dibuka saat terbang untuk paradrops, layaknya pesawat Hercules yang sangat populer di Indonesia.
Baca juga: Dijual! Rumah Lengkap Dengan Bandara Plus Dua Antonov An-2
Menariknya, usai Uni Soviet bubar, bagian mesin dan elektronik dari Antonov sempat diembargo oleh Rusia. Pasalanya, Antonov An-22 diproduksi oleh salah satu negara pecahan Uni Soviet, yakni Uzbekistan, melalui Tashkent State Aircraft Factory. Meski demikian, pada akhirnya, setelah lobi-lobi alot, Rusia akhirnya mengumumkan negara bagian bekas Soviet untuk bergabung dengan imperium baru dalam Federasi Rusia. Keuntungannya, negara adidaya tersebut akan membantu dalam pengembangan sistem baru plus akan memberi subsidi.
Sejak produksinya dimulai tahun 1966 dan berakhir pada tahun 1976, total sudah dibuat 68 unit An-22 dalam empat varian. Pada Desember 2018, enam unit An-22 masih dioperasikan 76th Military Transport Air Squadron AU Rusia, dimana tinggal tiga unit yang berstatus layak terbang. Kesemuanya direncanakan masih akan terus dioperasikan sampai tahun 2033.