53 tahun yang lalu, bertepatan dengan 21 Desember 1968, Apollo 8 beserta tiga krunya, Frank Borman, Jim Lovell, dan Bill Anders, menjadi korban dari Perang Dingin antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet (Rusia). Sejatinya Apollo 8 bukanlah misi membawa manusia ke bulan. Tetapi, dengan penuh risiko, NASA menjalani misi itu demi memenangi Perang Dingin.
Baca juga: Hari Ini, 53 Tahun Lalu, Apollo 7 Mendarat di Samudra Atlantik Setelah 11 Hari di Luar Angkasa
Meski begitu, Apollo 8 dan kru berhasil masuk ke orbit bulan dan kembali ke bumi dengan selamat, menjadikannya sebagai misi antariksa berawak pertama yang meninggalkan orbit Bumi rendah, mencapai orbit Bulan, dan kemudian kembali ke Bumi. Selain itu, Apollo 8 dan kru juga menyiarkan secara live pemandangan bumi dan bulan yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Dilansir laman resmi NASA, misi Apollo 8 bisa dikatakan misi yang sangat dipaksakan. Bagaimana tidak, roket Saturn V, yang bakal mengantarkan Apollo 8 belum pernah diuji untuk peluncuran kru.
Tak heran, saat detik-detik terakhir mulai diluncurkan, tidak banyak yang bisa dikatakan dan sedikit yang bisa mereka lakukan. Sekitar empat juta liter bahan bakar akan terbakar di bawahnya. Mereka, seperti yang dikatakan oleh komentator BBC TV, “duduk di atas benda yang setara dengan bom luar biasa besar”.
Tetapi, NASA dan AS hanya fokus menunjukkan kemampuan eksplorasi Antariksa mereka. Misi tersebut adalah pertaruhan yang diperhitungkan oleh badan antariksa untuk mengalahkan Uni Soviet yang menjadi pesaing mereka. Karenanya, segala risiko diambil demi keluar menjadi pemenang Perang Dingin.
Meski begitu, data-data dari Apollo 7 yang menjadi misi berawak pertama ke luar angkasa sangat dipelajari betul untuk meminimalisir kejadian fatal pada misi Apollo 8.
Roket Saturn V mulai menyala dan membakar 20 ton bahan bakar per detik. Apollo 8 melintasi Samudra Atlantik hanya memakan waktu beberapa menit. Setelah menetap di orbit di sekitar Bumi, mereka melakukan pemeriksaan terakhir dan menerima perintah “berangkat” dari NASA untuk injeksi trans-bulan. Ini berarti mereka jelas menembakkan mesin mereka dan membidik bulan.
Hanya 18 jam setelah peluncuran, Apollo 8 mengalami masalah besar: Borman jatuh sakit dan berjuang melalui muntah dan diare. Komandan merasa lebih baik setelah tidur, tetapi sebagai tindakan pencegahan, awak pesawat lainnya mengirim radio ke Bumi melalui saluran pribadi dan menjelaskan kesulitan Borman.
NASA melakukan konsultasi medis pribadi untuk Borman. Ketika mendengar bahwa kesehatan Borman telah membaik, NASA dengan hati-hati memberikan persetujuan untuk melanjutkan misi.
Meski tidak mudah, kru Apollo 8 berhasil masuk ke orbit bulan untuk pertama kalinya dan membawa AS serta NASA ke lompatan besar dalam perlombaan eksplorasi Antariksa, dalam hal ini mendaratkan manusia pertama ke bulan.
Sekitar 75 jam dan 48 menit setelah misi dimulai, Anders melihat warna biru marmer dari Bumi naik di atas cakrawala bulan dan ia pun mengambil film warna untuk mengabadikan momen tersebut. Kru Apollo 8 berhasil menjadi manusia pertama yang melihat sisi terjauh dari Bulan.
Baca juga: Susul Neil Armstrong, Astronot Apollo 11 Michael Collins Meninggal Dunia! Tersisa Buzz Aldrin
Hanya saja, hegemoni itu tidak bisa terus berlangsung, mereka harus kembali lagi ke bumi melalui proses yang sulit, kembali ke orbit bulan, docking dan menuju orbit bumi, dan kembali ke bumi.
Segala pengetahuan dari Apollo 8 kemudian diaplikasikan ke Apollo 9, 10, dan pada akhirnya berhasil mendaratkan manusia pertama di bulan, Michael Collins, Buzz Aldrin, dan Neil Armstrong, saat misi Apollo 11.