Airbus dan Boeing sudah lama menjadi duopoli produsen pesawat komersial di dunia. Boeing mungkin jauh lebih berpengalaman dibanding Airbus. Namun, berkat kombinasi pengetahuan Aerospatiale (Perancis), Deutsche Aerospace (Jerman), dan CASA (Spanyol) pada tahun 1971, Airbus dianggap mampu merusak hegemoni Boeing kala itu.
Baca juga: Kendati Ditimpa Sejumlah Masalah, Mengapa Boeing dan Airbus Tak Kunjung Lengser?
Meskipun Airbus sudah berusaha menyaingi Boeing sejak pesawat pertama, A300, diproduksi pada 1972, namun, genderang perang duopoli Airbus dan Boeing baru dimulai sejak 1997, saat McDonnell Douglas dicaplok Boeing. Dengan kekuatan politik, investasi, dan pengetahuan yang dimiliki, praktis tak ada perusahaan dirgantara manapun yang mampu menyaingi keduanya hingga hari ini.
Kekuatan Airbus dan Boeing, saat ini, mungkin sekilas terlihat sama. Sama-sama memiliki modal besar, dukungan politik, dan pengembangan luar biasa. Tetapi, bila dikerucutkan menjadi empat hal, salah satu dari kedua itu mungkin bisa dibilang sedikit lebih baik. Dikutip KabarPenumpang.com dari Simple Flying, berikut rangkuman empat head to head Boeing vs Airbus.
1. Pasar Narrowbody
Pangsa pasar narrowbody, Boeing jelas disebut merajai sektor ini, baik dari segi penjualan maupun hegemoni di pasar. Hal itu mungkin bisa disebut wajar, mengingat, Boeing 737 -lambang kesuksesan narrowbody Boeing- sudah menjalani first flight pada 1967 atau 20 tahun sebelum A320 menjalani first flight. Jadi, pada pertempuran Boeing 737 vs A320 dimenangi Boeing.
Namun, seiring perkembangan teknologi dan kemampuan produsen dalam melihat peluang ke depan serta arah keinginan maskapai –termasuk di dalamnya kecenderungan penumpang untuk bepergian- membuat peta persaingan di pangsa pasar narrowbody menjadi lebih seru.
Airbus bisa dibilang lebih unggul di masa mendatang. Lihat saja, setelah lebih dari satu tahun digrounded, sampai saat ini, Boeing 737 MAX masih belum juga menemukan titik terang. Selalu saja ada masalah dalam proses comeback-nya. Bahkan, dengan kehadiran A321XLR, pengembangan dari A32 neo dan LR, serta di saat yang bersamaan 737 MAX masih tak kunjung terbang, tak berlebihan bila memprediksi Airbus akan memimpin pasar ini di masa mendatang. Terbukti, dari segi penjualan, tahun lalu, Airbus berhasil melampaui Boeing.
2. Pasar Widebody
Pasar widebody mungkin lebih ketat dibanding narrowbody. Sebab, di sini salip-salipan teknologi terbaru membuat pesawat dari keduanya saling mengalahkan. Head to head di pasar ini setidaknya ada tiga, Boeing 787 vs Airbus A330, Boeing 777 vs Airbus A350, dan Boeing 747 vs Airbus A380.
A330 mungkin lebih kuno dibanding 787. Namun, ketika A330neo diproduksi –harga lebih murah dan performa lebih oke- Airbus sempat diunggulkan. Tetapi, fakta penjualan berkata lain, A330neo belum bisa menyalip 787 Dreamliner.
Pertempuran Boeing 777 vs Airbus A350 mungkin kebalikan dari Boeing 787 vs Airbus A330. Dihadapan A350, Boeing 777 sepertinya ketinggalan jauh dari segi teknologi dan daya tarik ke maskapai.
Namun, dengan kehadiran 777X, A350 XWB sekalipun diprediksi akan sedikit tertinggal. Begitu juga pada pertempuran kelas jumbo Boeing 747 vs Airbus A380. Berbicara fakta saat ini, dimana A380 tidak lagi diproduksi mulai tahun depan dan sebaliknya Boeing 747 masih terus diproduksi untuk penerbangan kargo, semua pasti setuju 747 lebih unggul dibanding A380.
Akan tetapi, A380, seperti kata banyak pecinta aviasi, adalah pesawat fenomenal yang diproduksi pada waktu yang kurang tepat. Bayangkan, bila A380 diproduksi bersamaan dengan 747, mungkin hasil akhirnya akan berbeda.
Baca juga: Meski Boeing Keok, Airbus Belum Bisa Salip Boeing dalam Urusan Produksi Pesawat
3. Angkutan Kargo
Angkutan kargo mungkin bisa dibilang dikuasai Boeing, dengan sedikit tempat untuk Airbus. Boeing memproduksi beberapa varian pesawat kargo, seperti Boeing 767, 747-8F, dan 777F. Sedangkan Airbus hanya memproduksi A330F. Dari segi penjualan, Airbus jauh berada di belakang Boeing dan perlu waktu lama untuk mengejar ketertinggalan.
4. Penjualan dan Pengiriman
Di tahun 2019, Boeing mencatat pengiriman pesawat sebanyak 19.913 unit. Sedangkan Airbus hanya 12.626 unit. Jauh tertinggal, bukan? Namun, dari segi pesanan atau backlog, Airbus masih memiliki backlog sebanyak 7.621 pesawat dan hanya 4.744. Bila sudah begini, kami menyimpulkan, tak ada pemenang di antara keduanya. Yang ada ialah pesawat terbaru dari keduanya saling mengalahkan. Begitu Airbus mengeluarkan pesawat generasi terbaru, baik di narrowbody atau widebody, praktis pesawat sejenis dari Boeing akan tertinggal. Demikian pula sebaliknya.