Pada hari ini, 65 tahun lalu, bertepatan dengan 30 Mei 1958, pesawat Douglas DC-8 sukses terbang perdana. Pesawat ini lahir berkat kesuksesan Inggris melalui de Havilland Comet, pesawat jet komersial pertama di dunia, dan kompetitor AS-nya, Boeing, yang berhasil mengembangkan Boeing 707 dan terbang perdana setahun sebelumnya.
Baca juga: Tua-tua Keladi, Setelah 63 Tahun DC-8 Justru Diandalkan NASA Jadi Lab Terbang Canggih
Di awal setelah kehadiran Douglas DC-8, bisa dibilang Boeing 707 jadi usang dan tak menarik minat maskapai. Namun setelah Boeing membuat sentuhan baru untuk Boeing 707, barulah pesawat tersebut kembali naik pamor dan menjadi ‘penguasa’ penjualan widebody di dekade 60an dan 70an awal.
Dilansir Airways Magazine, persaingan ketat dengan Boeing di pasar pesawat miiter membuat Douglas bertekad untuk membalasnya di pasar pesawat komersial. Hal ini pun berhasil dicapai Douglas Aircraft dengan mengukuhkan gelar sebagai produsen pesawat paling sukses di era propliner atau propeller lewat penjualan 16 ribu DC-3, demikian juga dengan DC-4, DC-6, DC-7.
Akan tetapi, di era pesawat jet, Douglas bisa dibilang tertinggal dari de Havilland melalui de Havilland Comet yang sukses first flight atau terbang perdana pada 27 Juli 1949 dan Boeing melalui Boeing 707 yang sukses first flight atau terbang perdana pada 20 Desember 1957. Karenanya, di tahun 1954, Douglas menginvestasikan uang sebesar US$3 juta.
Setahun setelahnya atau pada 7 Juni 1955, Donald Douglas selaku pendiri menggelontorkan uang pribadi sebesar US$450 juta untuk mensukseskan proyek Douglas DC-8. Tak lama setelahnya, desain pesawat yang sudah digarap sejak tahun 1953 dan proyek DC-8 ini pun diluncurkan. Ini pun disambut baik oleh maskapai yang sebelumnya hanya berharap pada Boeing 707.
Baca juga: Kompetisi Industri Dirgantara Inggris vs AS, Jadi Latar Belakang Lahirnya Boeing 707
Douglas DC-8 dianggap menawarkan hal lebih, salah satunya bangku tiga baris sejajar atau konfigurasi 3-3, satu kursi lebih banyak dibanding Boeing 707 dengan konfigurasi 2-3.
Tak heran bila maskapai ramai-ramai memesan pesawat Douglas DC-8. Salah satunya United Airlines. Ketika itu, maskapai memesan 30 unit Douglas DC-8 dengan biaya sebesar US$175 juta dan rencananya dikirim Mei 1959. Ini adalah pesanan tunggal terbesar yang pernah dilakukan untuk pesawat komersial.
Pada 30 Mei 1958, pesawat Douglas DC-8 bernama Ship One sukses melakukan first flight pada pukul 10.10 waktu setempat. Penerbangan perdana pesawat dengan nomor registrasi N8008D disaksikan oleh sekitar 50 ribu orang yang memadati Bandara Long Beach, California, AS.
Pesawat mengudara sekitar 2 jam tujuh menit di ketinggian maksimum 21 ribu kaki dan kecepatan 350 knot menggunakan mesin Pratt & Whitney JT3.
Pada tanggal 18 September 1959, DC-8 memasuki layanan komersial perdana bersama Delta Air Lines dan United Airlines. Sejak saat itu, Douglas DC-8 selama beberapa tahun menjadi pesawat idaman, baik maskapai maupun penumpang. Ini membuat DC-8 terus diproduksi sampai tahun 1972 dengan total 556 pesawat.
Setelah Presiden Boeing Bill Allen saat itu menginstruksikan Tex Johnston pada dekade 60an, kepala uji coba Boeing, agar mengkonfigurasi ulang Boeing 707 menjadi beberapa lebih inci lebar dari DC-8, Boeing 707 mulai kembali melejit dan mengalahkan Douglas DC-8.
Baca juga: Douglas DC-8: Lambang Supremasi Penerbangan Jarak Jauh Garuda Indonesia di Era 60/70-an
American Airlines yang berbasis di Texas kala itu dilaporkan langsung memesan 50 jet. Begitu juga maskapi lainnya.
DC-8 akhirnya melakukan penerbangan komersial terakhirnya pada tahun 2005 bersama maskapai dan mengakhiri tinta emas sejarah di segmen jet widebody dekade 50an akhir.