Monday, November 25, 2024
HomeHot News27 Oktober Jadi Hari Penerbangan Nasional, Ternyata Tak Lepas dari Nama Besar...

27 Oktober Jadi Hari Penerbangan Nasional, Ternyata Tak Lepas dari Nama Besar Adisutjipto

Hari Penerbangan Nasional diperingati setiap 27 Oktober. Peringatan ini memiliki sejarah, di mana peristiwa pertama kali identitas bangsa Indonesia yakni Bendera Merah Putih diterbangkan di udara menggunakan pesawat Cureng.

Baca juga: Bandara Wiriadinata, Sebelumnya Bernama Lanud Cibeureum Tasikmalaya

Peristiwa ini terjadi pada 27 Oktober 1945 pukul 10.00 pagi dan diterbangkan oleh Komodor Udara Agustinus Adisutjipto yang menjadi pilot pesawat tersebut bersama dengan Rujito. Bendera Merah Putih diterbangkan selama 30 menit dan berputar-putar di Angkasa Pangkalan Maguwo disaksikan dengan rasa kagum oleh seluruh anggota pangkalan yang berada dibawah.

KabarPenumpang.com merangkum dari berbagai laman sumber, ternyata penerbangan bendera Merah Putih ini dilakukan juga karena Adisutjipto mempunyai wing penerbangan Groot Militaire Brevet. Meski merupakan wing kualifikasi pesawat Eropa, dia lancar menerbangkan pesawat Cureng itu.

“Penerbangan ini tercatat sebagai penerbangan pesawat beridentitas Merah Putih yang pertama kali di alam Indonesia setelah merdeka. Diterbangkan oleh pemuda Indonesia sendiri,” ujar Kepala Sub Seksi Koleksi Muspurdirla Kworoseto Puspoputro yang dikutip KabarPenumpang.com dari radarjogja.com (27/10/2020).

Kemudian setelah penerbangan pertama ini terjadi, para teknisi dalam negeri bekerja memperbaiki armada pesawat yang ada di Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta. Sebanyak 50 pesawat ditinggalkan oleh penjajah Jepang. Sayangnya setelah diperbaki, nyatanya hanya ada 25 pesawat yang layak diterbangkan kembali.

Bahkan setelah penerbangan tersebut, Cureng menjadi kekuatan Pangkalan Udara Maguwo. Yang mana dalam perjalanannya salah satu armada Cureng mengalami kecelakaan dan diterbangkan oleh Iswahjudi serta Wiriadinata. Keduanya berhasil selamat dan meski terjadi kecelakaan itu, para pemuda tak tersurut semangatnya dan dua hari dari kecelakaan, Cureng kembali digunakan untuk misi pengintaian di Laut Selatan.

Tak hanya berfungsi sebagai pesawat latih, Cureng juga mencatatkan sebagai pesawat pertama yang digunakan dalam latihan terjun payung. Seto menjelaskan, ini merupakan peristiwa penting bagi TNI Angkatan Udara dan Bangsa Indonesia yang juga menjadi cikal bakal munculnya pasukan TNI.

Cureng memiliki arti penting dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada 29 Juli 1947, pesawat tersebut digunakan untuk menyerang kedudukan Belanda di Ambarawa dan Salatiga oleh Kadet Suharnoko dan Kadet Sutardjo Sigit. Peristiwa diterbangkannya pesawat Cureng dengan lambang bendera Merah Putih di langit Nusantara memiliki banyak makna.

Momentum tersebut, salah satunya, sebagai cara untuk membakar semangat masyarakat Indonesia, khususnya Jogjakarta, untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Khususnya, dalam upaya mempertahankan kemerdekaan saat Agresi Militer II yang dilancarkan Kolonial Belanda.

Pada saat itu, Adisutjipto ingin menumbuhkan semangat kepada masyarakat Jogjakarta tentang pentingnya mempertahankan kemerdekaan meski dibawah keterbatasan. Hal itu diwujudkan dengan upaya melawan penjajah oleh jajaran militer udara Indonesia, meski hanya menggunakan pesawat peninggalan penjajah Jepang.

Baca juga: Bandara Adisutjipto Gunakan Bahasa Jawa untuk Pemberitahuan kepada Penumpang

“Jadi, momentum penerbangan Cureng dengan lambang negara tersebut juga sebagai upaya Adisutjipto kala itu untuk membakar semangat masyarakat untuk ikut mempertahankan kemerdekaan,” ujarnya.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru