Sekitar 20 maskapai di seluruh dunia ramai-ramai meninggalkan Bandara Internasional Sydney dalam daftar rutenya. Hal ini tentu menjadi pukulan telak bagi Australia mengingat bandara itu merupakan gerbang utama negara benua tersebut.
Baca juga: Corona Melonjak, Australia Batasi Penumpang Internasional! Tiket Melonjak Sampai Rp400 Jutaan
CEO Bandara Sydney, Geoff Culbert, mengakui bahwa pihaknya telah kehilangan bisnis utamanya sejak 18 bulan terakhir. Celakanya, dalam beberapa bulan ke depan Bandara Sydney masih terus ditinggal maskapai, baik itu maskapai regional maupun internasional.
British Airways menjadi maskapai Eropa sekaligus maskapai internasional pertama yang mulai menangguhkan penerbangan ke Sydney. Maskapai asal Inggris itu tercatat mulai menghentikan penerbangan harian menggunakan Boeing 777 ke Sydney sejak April 2020.
Air India, yang sejak tahun 2013 silam mulai kembali terbang ke Australia, juga memutuskan menutup untuk sementara penerbangan ke Bandara Sydney pada tahun 2020.
Maskapai Amerika Selatan satu-satunya yang terbang langsung ke Sydney melalui Santiago, Chili, LATAM Airlines, juga menangguhkan rute tersebut pada tahun 2020. Padahal, maskapai baru membuka rute tersebut setahun sebelumnya.
Cina juga menangguhkan penerbangan mereka ke Sydney. Setidaknya, ada tiga maskapai asal Negeri Tirai Bambu yang membekukan rute ke sana, seperti Beijing Capital Airlines, Sichuan Airlines, dan Tianjin Airlines. Setahun sebelumnya, penerbangan ke Sydney bisa dibilang sangat diminati. Terlebih, skema codeshare juga mendukung wisatawan asal Cina untuk sampai ke berbagai tempat di Australia via Bandara Sydney.
Dari Indonesia, yang notabene cukup dekat dengan Australia, ada dua maskapai yang menghentikan layanan ke Bandara Sydney. Dua itu datang dari Lion Group; Batik Air dan Malindo Air. Citilink juga tercatat juga sudah menangguhkan penerbangan ke Sydney.
Sementara itu, induk perusahaannya, Garuda Indonesia masih terbang sepekan sekali ke Bandara Sydney dengan kapasitas maksimum 25 orang.
Amerika Serikat (AS) sejauh ini menjadi negara dengan maskapai terbanyak yang menangguhkan penerbangan ke Australia atau Bandara Sydney. Hawaiian Airlines, United Airlines, dan Delta Air Lines sudah sejak tahun 2020 lalu menangguhkannya. Sementara itu, American Airlines baru-baru ini mengumumkan penangguhan rute Los Angeles dan Sydney.
Bagi maskapai yang masih terbang ke Sydney, kondisinya memang sangat rentan. Di atas sudah disingguh bahwa Garuda Indonesia hanya terbang maksimum 25 penumpang per penerbangan. Korean Air mungkin lebih baik, terbang membawa 46 orang ke Sydney dari Seoul dan pulang ke Seoul dengan 93 penumpang seminggu sekali.
Maskapai lain seperti Air Canada, Air China, Hainan Airlines, dan Hong Kong Airlines bahkan hanya membawa kargo untuk penerbangan ke Sydney.
Ketatnya Pemerintah Australia dalam menahan laju penyebaran virus Corona menjadi alasan mengapa maskapai ramai-ramai menangguhkan penerbangan ke sini. Dengan pembatasan penumpang jauh di bawah load factor, maskapai sulit mencapai break even hingga akhirnya menangguhkan penerbangan ke Sydney, Australia.
Meski begitu, dalam waktu dekat, maskapai-maskapai yang tak lagi terbang ke Sydney untuk sementara waktu, akan terbang kembali.
Baca juga: Penerbangan Repatriasi Qantas Pulangkan Ratusan Aussie dari Bali
“Sydney telah menjadi rute yang sangat penting dan menguntungkan dalam jaringan mereka, dan kami yakin ketika perbatasan internasional terbuka, dan mereka dapat terbang ke Australia bahwa Sydney akan menjadi agenda utama mereka – jika bukan prioritas pertama mereka dalam hal tujuan,” kata Culbert.
“Ini adalah pertanyaan kapan perbatasan internasional dibuka kembali. Kemudian kami berharap dapat melihat dukungan yang baik dari maskapai internasional kembali ke pasar ini,” tutupnya, seperti dikutip dari Simple Flying.