Para peneliti di berbagai penjuru dunia, setiap detik saling berlomba untuk menemukan berbagai solusi di dalam kehidupan. Caranya, tentu saja dengan berinovasi. Tak terkecuali di dalam bidang penerbangan. 1001 satu inovasi telah dan masih akan terus dilakukan sampai benar-benar tak ada masalah atau kesulitan apapun bagi manusia, dalam hal ini penumpang.
Baca juga: Bersiaplah, Ajang Crystal Cabin Awards Akan Hadirkan Desain Kabin Pesawat Masa Depan
Di dunia penerbangan, khususnya terkait interior di dalam pesawat, Crystal Cabin Award (CAA) mungkin bisa dibilang salah satu ajang yang paling nyentrik dengan memamerkan inovasi-inovasi mutakhir dari tahun ke tahun. Seperti dikutip dari runwaygirlnetwork.com, pada gelaran CAA 2016 silam, misalnya, ada banyak inovasi brilian yang dihadirkan pada ajang tersebut, salah satunya inovasi self-cleaning lavatory oleh Boeing. Inovasi tersebut menjadi sebuah jawaban dari banyaknya penelitian yang menyebut bahwa toilet menjadi salah satu sumber kuman dan bakteri terbesar di dalam kabin.
Setahun berselang, giliran UV-light Germ Falcon yang tampil nyentrik di CAA. Setidaknya hal itu terlihat dari keberhasilan inovasi tersebut mencapai fase final. Robot ini diklaim mampu membunuh segala virus, termasuk virus corona, dan kuman serta bakteri lainnya tak kasat mata di pesawat.
GermFalcon kurang lebih terlihat seperti troli makan yang biasa digunakan dalam penerbangan komersial. Bedanya, GermFalcon dilengkapi dengan semacam sayap yang melebar ke sisi kanan dan kiri pesawat. Alat tersebut kemudian memancarkan sinar UV (UltraViolet)-C yang bisa mensterilkan ruang sekitar.
Sinar UVC sendiri umumnya digunakan untuk mendesinfeksi udara, air, dan permukaan di fasilitas kesehatan. Sejauh ini, teknologi tersebut telah terbukti aman dan sangat efektif dalam menghilangkan kuman yang menyebabkan penyakit menular. GermFalcon adalah sistem UVC pertama yang dirancang khusus untuk mendisinfeksi permukaan interior pesawat antar penerbangan dengan cepat.
Terkait membunuh bakteri di dalam kabin, khususnya kursi penumpang, GermFalcon bukanlah satu-satunya. Belum lama ini Boeing berhasil mengembangkan kursi penumpang anti bakteri. Kursi tersebut dibuat dengan bahan polimer khusus. Bahkan, inovasi tersebut juga bisa bekerja di bahan lainnya, seperti kaca, logam, dan plastik. Cara kerjanya, saat bakteri menempel di lapisan tersebut, otomatis, sistem perlindungan akan menghancurkan bakteri dan mencegahnya datang kembali dengan membersihkan dirinya sendiri.
Kompetitor sejati Boeing, Airbus, juga tak mau ketinggalan. Pabrikan pesawat asal Eropa ini menyodorkan inovasi yang dinamakan The Airbus Dry Floor system pada gelaran CCA tahun ini. Inovasi tersebut dinilai menjadi solusi dari problem klasik di toilet, yakni becek dan kotor setiap kali selesai digunakan oleh penumpang.
Dengan adanya The Airbus Dry Floor system, nantinya, setiap kali air yang keluar dari kran air di wastafel, aircraft vacuum system dan vacuum nozzle Airbus akan langsung menyedot air sehingga meminimalisir terbuangnya air ke lantai. Sistem tersebut dinamakan automated vacuum cleaning yang kemudian juga dilengkapi dengan sistem passive transpiration untuk menghisap uang air sehingga kelembaban di dalam toilet tetap terjaga. Namun, kalaupun tetap ada percikan air di lantai, awak kabin dapat dengan mudah menyekanya dengan bantuan kain pel yang mudah digunakan.
Baca juga: Diklaim Bisa Bikin Pramugari Jadi Lebih Nyaman, Inilah Konsep Zero G-Attendant Seat
Akan tetapi, inovasi teknologi dari Airbus rasanya kurang lengkap. Sebab, air yang sudah terbuang tak bisa dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, semisal menyiram toilet atau flush. Celah itu kemudian coba diambil oleh Diehl Aviation. Perusahaan asal Jerman tersebut berhasil menjawab tantangan terbuangnya air di toilet dengan inovasi Grey Water Re-Use Unit. Nantinya, air bekas pakai dari wastafel bisa kembali digunakan untuk menyiram toilet. Dengan begitu, beban pesawat terhadap air bersih bisa dipangkas. Ujungnya, bisa membuat efisensi bahan bakar di setiap perjalanan pesawat.
Tak berhenti sampai di situ, perusahaan yang berbasis di Nuremberg, Jerman tersebut juga berhasil mengembangkan konsep Touchless Lavatory. Alhasil, kemungkinan menempelnya kuman dan bakteri di setiap kali penumpang menggunakan toilet bisa diminimalisir dengan mengurangi frekuensi sentuhan.