10 ribu lebih warga Rusia disebut terdampar di luar negeri, termasuk di Bali, Indonesia. Itu terjadi lantaran penerbangan pulang mereka dibatalkan. Turis Rusia diketahui menjadi turis kedua terbesar di Bali setelah Australia.
Baca juga: Tak Kehabisan Akal Gegara Sanksi Uni Eropa, Maskapai Terbangkan Warga Rusia ke Eropa Lewat Serbia
Selain penerbangan pulang yang dibatalkan, proses refund juga tertunda akibat pemblokiran sistem pembayaran internasional.
Kenyataan pahit itu diperparah dengan diblokirnya kartu kredit produk barat seperti Visa, MasterCard, dan lainnya. Alhasil, mereka kehabisan uang untuk bisa terbang pulang ke Rusia bersama penerbangan lainnya ataupun untuk bertahan hidup. Seperti yang dialami Ivanov.
“Ini akan jadi masalah besar bagi kami. Kami benar-benar kehilangan keuangan kami, sepertinya telah benar-benar dibekukan dan kami tidak dapat menggunakannya sama sekali di sini,” kata Konstantin Ivanov kepada Reuters, usai gagal menarik uang di sebuah ATM di Bali.
Laporan Associated Press, 6.500 warga Rusia terdampar di beberapa kota di Thailand, seperti di Phuket, Surat Thani, Krabi, dan Pattaya. Sebelum pandemi, Thailand adalah salah satu destinasi wisata favorit orang-orang Rusia dengan menumpangi Aeroflot, yang membatlkan hampir seluruh penerbangan internasional mereka lantaran takut pesawatnya disita lessor saat mendarat di luar federasi Rusia.
Kendati negara-negara Barat, seperti 18 negara Uni Eropa, Inggris, dan lainnya, menutup ruang udara wilayahnya untuk penerbangan ke dan dari Rusia, dan memaksa Aeroflot, maskapai nasional Rusia sebagai salah satu yang terbesar menerbangkan rute-rute dari dan ke Rusia, membatalkan penerbangan internasionalnya, warga Rusia tetap bisa pulang ke kampung halaman.
Berbagai maskapai internasional, seperti Emirates, Etihad, Qatar Airways, dan Turkish Airlines diketahui masih terbang ke Moskow sekalipun mendapat tekanan besar dari negara-negara Barat dan melalui jalur memutar akibat sanksi internasional terhadap Rusia.
Turkish Airlines, misalnya, melalui hub terbesarnya di Istanbul, terbang empat kali sehari ke Moskow dan dua kali sehari ke St Petersburg.
Maskapai lain yang masih terbang dan belakangan menjadi andalan penumpang dari dan ke Rusia, Air Serbia. Bahkan, frekuensinya lebih banyak, dari semula dua kali sehari menjadi tiga kali sehari ke Moskow.
Menurut ForwardKeys, sepekan setelah invasi Rusia ke Ukraina, tepatnya pada tanggal 24 Februari sampai 2 Maret 2022, dibandingkan dengan tujuh hari sebelum invasi, terjadi peningkatan 60 persen lebih penerbangan dari Rusia ke Serbia.
Lewat hub maskapai di Begorad, ibu kota Serbia, Air Serbia mengantarkan penerbangan ke dan dari Rusia ke negara-negara lainnya; termasuk negara-negara yang memberikan sanksi ekonomi ke Rusia, seperti Siprus, Perancis, Swiss, Italia, Montenegro, dan negara-negara lainnya di Eropa.
Air Serbia juga tengah mencari cara agar warga Rusia bisa tetap melakukan pemabayaran tiket secara online, sebagai solusi diblokirnya perbankan Rusia, MasterCard, Visa, dan lain sebagainya.
Baca juga: Siap-siap, Tiket Pesawat Naik 2 Kali Lipat Gegara Perang Rusia-Ukraina
“Karena penangguhan layanan Visa dan MasterCard di Federasi Rusia, pembayaran kartu saat ini tidak dapat dilakukan dengan kartu yang dikeluarkan oleh bank Rusia. Air Serbia sedang berupaya menemukan opsi alternatif untuk pembayaran online,” kata Air Serbia di laman resminya.
Namun, selalu ada kemudahan dibalik kesulitan. Disebutkan, warga Rusia tetap bisa melakukan pembayaran secara daring menggunakan mata uang atau kartu kredit yang dikeluarkan Cina, seperti Union Pay.