Sempat digembar-gemborkan akan menjadi moda transpotasi futuristik di Kota Kembang, Bandung, kini nasib LRT Metro Kapsul seolah mengambang tak tentu arah. Mundur ke masa kepemimpinan Ridwan Kamil, dimana Wali Kota yang akrab disapa Kang Emil ini mencanangkan pembangunan Light Rapid Transit (LRT) guna memecah kemacetan yang sudah kerap terjadi di kota berjuluk Paris van Java tersebut.
Baca Juga: Metro Kapsul, Harapan Pemkot Bandung Untuk Urai Kemacetan
Namun hingga dirinya terpilih menjadi Gubernur Jawa Barat pada Pilkada 2018 kemarin, rencana pengadaan LRT Metro Kapsul ini tak kunjung dieksekusi. Namun kini di era Oded M Danial selaku Wali Kota Terpilih, warga Bandung sudah mendapat kepastian perihal moda transportasi baru ini.
Dikutip KabarPenumpang.com dari laman tribunnews.com (1/11/2018), Oded mengatakan pengadaan LRT ini akan dievaluasi lebih lanjut. “Pembangunan LRT akan dievaluasi, nasibnya tunggu hasil evaluasi,” ujar Oded.
Ia sendiri enggan berkomentar lebih jauh mengenai tindak lanjut dari pengadaan LRT di kota Bandung, pasalnya ia pun belum mendapatkan hasil dari evaluasi yang baru akan dilakukan. “Hasil evaluasi belum ada jadi belum bisa ambil putusan apakah dilanjutkan atau tidak,” tandasnya.
Belum adanya kejelasan soal LRT Metro Kapsul ini berdampak pada prototipe yang dulu dipamerkan di daerah Alun-Alun Kota Bandung. Dulu, prototipe berwarna biru khas kesebelasan Persib Bandung ramai disinggahi oleh warga, namun karena nasibnya yang tidak jelas, prototipe tersebut kini ditutupi oleh car cover.

“Saya sering ke sini tapi tidak ngeh juga apa yang dibungkus di dalam itu,” ungkap seorang warga yang tengah jalan-jalan di sekitaran Alun-Alun Bandung. Lebih lanjut, ia juga menyayangkan tindakan otoritas terkait yang seolah menelantarkan prototipe ini begitu saja. “Seharusnya ada yang bertanggung jawab ke depannya bagaimana. Sayang kalau seperti ini,” tambahnya.
Baca Juga: Riyadh Metro, Inilah Serba-Serbi LRT Pertama di Arab Saudi
Sebelumnya, proyek LRT Metro Kapsul Bandung didanai oleh PT PP Infrastruktur dengan sistem kerja sama bangun guna serah atau build operate and transfer (BOT). Nilai investasinya Rp 1,4 triliun untuk koridor sepanjang 8,5km.