Blitar kota kecil yang letaknya lebih kurang 167 km dari Surabaya dikenal sebagai kota tempat keberadaan makam Presiden RI pertama Ir Soekarno. Namun tak hanya itu, stasiunnya pun cukup dikenal orang karena di hall area stasiun Blitar terpasang poster Bung Karno untuk mengenang jasa-jasa beliau sejak direnovasi tahun 2013-2014 kemarin.
Baca juga: Jejak Sejarah Yang Terlupakan, Stasiun Gambir Dulunya Adalah Tanah Rawa
Nah, untuk mengenal dekat lagi stasiun Blitar, KabarPenumpang.com telah merangkum dari berbagai sumber bahwa stasiun ini persisnya berada di ketinggian +167 meter dan masuk dalam Daerah Oeprasional (Daop) VII Madiun, tetapi sejak 1 Agustus 2016 stasiun ini masuk Daop VIII Surabaya.
Pastinya bangunan stasiun Blitar ini merupakan peninggalan masa Hindia Belanda dan pembangunannya bersamaaan dengan jalur kereta api Kediri-Tulungagung-Blitar sepanjang 64 kilometer. Pengerjaan ini dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda dan dimulai pengerjaannya tahun 1883 yang kemudian diresmikan 16 Juni 1884.
Adanya kereta api di jalur Blitar, awalnya untuk memenuhi kebutuhan para pejabat Belanda dan pengusaha sebagai sarana mobilitas atau alat pengangkut hasil produksi perkebunan serta industri mereka sendiri. Blitar sendiri pada jaman penjajahan Belanda dikembangkan menjadi pusat industri perkebunan yang berada di lereng Gunung Kelud dan lembah sungai Brantas.
Awalnya terdapat ratusan perkebunan yang berhasil dikembangkan orang-orang Eropa pada 1939 dan mencatat ada 45 perusahaan perkebunan dengan tanaman budidaya kopi, karet, kina, tembakau, kapuk, singkong dan kelapa. Tahun 1950, bangunan stasiun Blitar mengalami perombakan dimana bangunan depan pintu masuk stasiun yang menjulang serta ornamen pintu dan jendela yang menandakan bahwa bangunan stasiun bergaya Indische Empire.
Adanya sistem Overkapping yang menggunakan rangka penopang berbahan kayu menambah satu keunikan tersendiri di stasiun ini. Identitas lain, di stasiun Blitar juga terdapat dipo lokomotif, dipo kereta dan menara air.
Adanya hal tersebut menandakan dulunya stasiun ini sangat ramai dengan berbagai akivitas dari pergantian lokomotif uap hingga langsiran penambahan ataupun pengurangan kereta. Stasiun ini memiliki enam jalur dengan dua jalur sepur lurus dan satu jalur menuju area depo. Dibagian selatan stasiun terdapat jalur putar untuk lokomotif.
Stasiun Blitar termasuk stasiun besar yang terdapat di Daop VIII Surabaya, dimana semua kereta ekonomi, bisnis dan eksekutif berhenti di stasiun ini. Karena banyaknya objek wisata di Blitar, kedepannya stasiun tersebut akan dijadikan sebagai meeting point wisata kereta api, sejarah dan budaya.
Baca juga: Anthony Fokker – Pria Kelahiran Blitar Yang Jadi Legenda di Dunia Dirgantara
Selain Bung Karno, sebenarnya ada lagi yang terkenal dari Blitar. Ya, Anthony Herman Gerard Fokker seorang insinyur Belanda, sang perintis brand aviasi Fokker diketahui lahir di Blitar pada 6 April 1890. Anda akan bertanya-tanya kenapa seorang penemu besar dan pesawatnya pernah di pakai Indonesia bisa lahir di Blitar?
Ini karena ayahnya, Herman Fokker Sr merupakan seorang pemilik perkebunan kopi milik Belanda. Ketika menginjak usia 4 tahun, Ia dipulangkan ke Amsterdam, Belanda untuk mengenyam bangku pendidikan yang lebih layak ketimbang di negeri jajahan. Dan dipercaya bahwa Fokker kecil pernah menggunakan akses stasiun Blitar.