Tragedi jatuhnya pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 di perairan Tanjung Karawang pada Senin (29/10/2018) kemarin masih meninggalkan misteri besar yang hingga kini masih berbentuk hipotesa. Berbagai spekulasi dan pertanyaan terkait faktor yang melatarbelakangi jatuhnya pesawat ini masih abu-abu. Namun, satu kemungkinan yang kini tengah ramai diperbincangkan oleh sejulah otoritas adalah pesawat mengalami stall.
Stall merupakan suatu keadaan dimana gaya angkat sayap tiba-tiba turun secara drastis dan drag meningkat secara drastis. Dalam dunia aviasi, stall terjadi ketika bagian depan pesawat terlalu mendongak (nose up) dengan sudut yang melampaui batas kritis yang dianjurkan (angle of attack) – 15 derajat.
Dilansir KabarPenumpang.com dari laman cnnindonesia.com, Dosen Penerbangan Institut Teknologi Bandung dan Ahli Aerodinamika, Djoko Sarjadi mengatakan ada faktor lain yang juga dapat mengakibatkan sebuah pesawat mengalami stall. “Stall juga dipengaruhi oleh kecepatan angin dan arah pesawat terbang bergerak,” ujar Djoko.
Dalam dunia penerbangan, batas 15 derajat nose up dikenal dengan sudut kritis. Ketika pesawat bergerak pada sudut kemiringan ini, gaya tekan ke bawah pesawat berubah menjadi lebih besar dari pada gaya angkatnya.
Dikutip dari laman sumber lain, stall yang terjadi karena tingginya angle of attack tersebut dikarenakan efek separasi aliran udara yang halus menjadi turbulen dan menghasilkan daerah bertekanan rendah, yang mana menurunkan lift, meningkatkan drag dan menurunkan efektifitas control surface (aileron, ruder, elevator, dan lain-lain). Dalam posisi angle of attack besar, pesawat masuk dalam kondisi upset (susah dikendalikan), dan memicu stall
Sederhananya seperti ini, ketika pesawat yang bergerak normal, biasanya sudut dongak yang dihasilkan hanya berkisar di angka dua hingga lima derajat saja. Namun ketika pesawat bergerak dengan sudut dongak lebih dari 15 persen dalam waktu yang cukup lama, maka lama kelamaan pesawat ini akan kehilangan daya angkat dan faktor inilah yang membuat pesawat menjadi jatuh.
Definisi dasar dari stall ini juga diamini oleh salah seorang pilot senior bernama Shadrach M Nababan. “Pesawat konvensional bisa stall kalau keadaan angle (sudut dongak) melebihi gaya dorong dan sayap bergetar hingga stall,” pungkasnya.
Baca Juga: Bird Strike! Masih Jadi Momok Menakutkan dalam Dunia Penerbangan
Namun ia menambahkan, walaupun fenomena stall ini terkesan menyeramkan, kemajuan teknologi di sektor aviasi memungkinkan komputer untuk mengambil alih kondisi pesawat yang sekiranya melampaui batas dongak tersebut.
“Pesawat generasi sekarang nggak bisa stall. Jadi seandainya ada kekeliruan itu akan di-overwrite komputer yang langsung overtake mengatur sudut sehingga pesawat tidak bisa stall,” tutupnya.