Senin (29/10/2018) pagi menjadi momen yang akan selalu diingat oleh pihak Lion Air, pasalnya salah satu armadanya yang melayani penerbangan Jakarta – Pangkal Pinang mengalami lost contact dengan sejumlah menara pengawas. Menurut penuturan Badan SAR Nasional (Basarnas), Boeing 737 Max 8 nomor penerbangan JT-610 ini jatuh di lepas pantai di sebelah utara Bekasi, Jawa Barat – tepatnya di Tanjung Karawang.
Baca Juga: Lion Air Terima Boeing 737 Max 8 Pesanan Kesepuluh
Diketahui, pilot pesawat yang tengah mengangkut 178 penumpang ini sempat meminta izin petugas menara pengawas Bandara Internasional Soekarno-Hatta untuk melakukan Return To Base (RTB). Dikutip KabarPenumpang.com dari laman TribunNews.com, anak perusahaan PT Pertamina, Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), memastikan ada pesawat Lion Air jatuh di dekat fasilitas mereka yang berada di lepas pantai utara Bekasi, Jawa Barat.
“Informasi dari lapangan, pesawat jatuh di lapangan Mike blok ONWJ, tapi masih jauh dari fasilitas anjungan kami,” kata VP Relations Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya. Ifki menjelaskan, informasi adanya pesawat jatuh diterima pukul 06.33 WIB.
Hingga berita ini diturunkan, sejumlah personil Basarnas masih melakukan pencarian di koordinat yang disangkakan.
Padahal, Boeing 737 MAX 8 merupakan armada paling baru di tubuh Lion Air sendiri. Seperti yang sudah pernah diberitakan sebelumnya, pada Rabu (15/8/2018) kemarin, pihak Lion menerima Boeing 737 MAX 8 kesepuluh yang didatangkan langsung dari Boeing Company, Amerika Serikat.
Menurut Corporate Communications Strategic Lion Air, Danang Mandala Prihantoro, armada teranyar ini akan memperkuat jaringan penerbangan yang saat ini sudah dijalani. Selain itu, tambah Danang, tujuan dibalik hadirnya armada ini adalah untuk melakukan revitalisasi armada di tubuh Lion Air.
Selain Lion Air, maskapai lain yang juga menggunakan armada ini adalah flag carrier Garuda Indonesia. Di penghujung tahun 2017 silam, Garuda kedatangan satu dari 50 armada Boeing 737 MAX 8 yang dipesan pada tahun 2014 lalu.
Menilik spesifikasinya, Boeing 737 MAX 8 meningkatkan kemampuan varian Boeing 737 Next Generation (NG) dengan daya jelajah terbang 340-570 mil laut lebih jauh, menjadi 3.500 mil laut (6.500 km). Tidak hanya itu, penggunaan bahan bakar pesawat ini juga diklaim lebih hemat 20 persen ketimbang seri-seri sebelumnya.
Baca Juga: Intip Kecanggihan dan Ruang Kabin Boeing 737 MAX 8 Garuda Indonesia
Pasokan tenaga Boeing 737 MAX 8 menggunakan mesin jenis terbaru, CFM LEAP 1B. Desain mesin ini disinyalir lebih senyap ketimbang mesin generasi sebelumnya, CFM56. Operating cost-nya juga diklaim 7 persen lebih hemat dibanding mesin CFM56 yang dipakai varian Boeing 737 NG. Untuk membuat kabin menjadi lebih senyap, polusi suara (noise) yang dihasilkan oleh mesin CFM LEAP-1B juga sudah diturunkan. Caranya, Boeing membuat desain penutup mesin bergerigi di bagian belakangnya.
Salah satu keunikan lain dari varian Boeing yang satu ini adalah desain winglet anyar yang diberi nama Scimitar Winglet. Winglet yang terlihat seperti dibelah menjadi dua bagian ini ditujukan untuk memecah turbulensi di ujung sayap. Daya hambat yang dihasilkan oleh turbulensi tadi mengakibatkan pesawat membutuhkan tenaga lebih, dimana ini berimplikasi pada penggunaan bahan bakar yang lebih boros.