Flash back ke bulan Juni lalu, sebuah prototipe pesawat terbesar di dunia tidak hanya menampilkan batang hidungnya, tapi juga melewati putaran pertama pengujian mesin yang rencananya akan mengudara di tahun 2019 mendatang. Ya, sebuah usaha transportasi luar angkasa yang mengembangkan peluncuran satelit ke sistem orbit yang bermarkas di Seattle, Stratolaunch diketahui tengah menggarap sebuah pesawat yang bisa mengudara di ruang angkasa dengan biaya yang murah.
Baca Juga: World View Terbangkan Sandwich KFC ke Stratosfer
Dihimpun KabarPenumpang.com dari laman newatlas.com (21/9/2017), pesawat tersebut menggunakan enam mesin turbofan Pratt & Whitney yang biasa digunakan oleh pesawat Boeing 747-400. Uji coba mesin ini sendiri terbagi menjadi tiga tahap. Pertama, mereka menggunakan power source tambahan yang mereka sebut sebagai dry motor. Kedua, mereka memasukkan bahan bakar ke mesin, dimana proses tersebut diberi nama wet motor. Lalu yang terakhir, tim Stratolaunch akan menguji masing-masing mesin secara terpisah, apakah mereka berjalan sesuai ketentuan apa tidak. Ternyata apa yang selama ini mereka ekspektasikan terealisasi.
Walaupun rencana awal pengujicobaan ini akan dilakukan pada tahun 2016 silam, namun Stratolaunch sudah kembali ke timeline mereka. Untuk memastikan perjalanan mereka di tahun 2019 mendatang berjalan dengan lancar, hingga kini Stratolaunch masih melakukan beberapa pembenahan. “Selama beberapa bulan ke depan, kami akan terus menguji mesin pesawat terbang pada tingkat daya yang lebih tinggi dan dengan berbagai konfigurasi,” ungkap CEO Stratolaunch, Jean Floyd.
Baca Juga: Virgin Galatic Uji Coba Pesawat Luar Angkasa Komersial
Tidak bisa diragukan lagi, pesawat Stratolaunch ini merupakan rekayasa pesawat terbang yang hebat. Bagaimana tidak, pesawat dengan dua badan terpisah ini memiliki sayap yang terbentang sepanjang 117m. Tentu saja, uji coba mesin yang dilakukan Stratolaunch telah mengukir sebuah sejarah baru di dunia aviasi global.
Diketahui dari sumber terpisah, Stratolaunch mengumumkan kemitraannya dengan manufaktur kedirgantaraan dan pertahanan Amerika, Orbital ATK untuk mengantarkan roket Pegasus-XL-nya ke orbit pada tahun 2016 silam. Adapun tujuan dibalik kerja sama tersebut adalah untuk memberikan fleksibilitas bagi pelanggan yang ingin meluncurkan satelit kecil.