Jika Anda sering mengeluh tentang fasilitas transportasi darat, khususnya kereta di Tanah Air, sebaiknya Anda lekas menarik kembali pernyataan tersebut. Pasalnya di belahan dunia lain, masih ada fasilitas kereta yang jauh dari kata layak. Jangankan untuk layanan dalam kota seperti Commuter Line yang ada di Jakarta, layanan kereta jarak jauhnya saja terkesan jauh dari kata nyaman. Dari mulai penumpang yang duduk di selasar gerbong, hingga fasilitas “AC alami” yang digunakan, semua bisa Anda saksikan di sini, walaupun tidak di semua layanannya.
Baca Juga: Kalau Sudah Lihat Ini, Masih Mau Mengeluh Mengenai Penuhnya KRL?
KabarPenumpang.com menghimpun dari laman bbc.com (23/9/2017), selain terkenal dengan produksi film Bollywood-nya, India yang dikenal sebagai “Anak Benua” ini menjadi negara yang cukup mumpuni dalam layanan perkeretaapian, sebuat saja di India sudah ada MRT (Mass Rapid Transit) dan kerete termewah di Asia, pun juga ada di India.
Namun, kontradiktif dengan hal diatas, layanan kerete kelas ekonomi di India justru tergolong memprihatinkan dan terkesan alakadarnya. Mari ulas dari bagian luar terlebih dahulu. Untuk kereta yang diberi label Ernad Express, merupakan layanan kereta ekspres yang dikelola oleh Indian Railways zona Selatan yang menghubungkan Bangalore dan Nagercoil. Jika diperhatikan, masing-masing gerbong dari kereta harian yang mengular sepanjang 690 km antara dua kota tersebut memiliki warna cat mencolok tapi sudah mulai pudar.
Alih-alih menggunakan kaca, setiap gerbong dihiasi dengan teralis besi, membuat kereta ini semakin terlihat unik, minimalis, namun miris dipandang. Lain cerita dengan yang ditemui di salah satu layanan kereta lokal di Kolkata, dimana para pekerja yang menjadikan kereta ini sebagai tulang punggung transportasi mereka terlihat tertidur pulas di selasar gerbong, tanpa memperdulikan sekitar mereka. Sementara itu, di dalam foto yang diunggah ke jejaring sosial Instagram oleh Shanu Babar, salah satu pecinta kereta asal India, nampak susunan tempat duduk kereta tersebut mirip dengan KRL Jabodetabek.
Belum lagi para peternak sapi perah yang membawa susu dengan menggunakan milk can dan menggantungnya di teralis besi tersebut. Sungguh pemandangan yang tidak bisa kita lihat di negara lain, kecuali India. Adapun alasan para peternak tersebut menggantung milk can di luar karena tidak tersedianya tempat di dalam yang sudah penuh oleh “lautan manusia”.
Situasi yang hampir serupa juga pernah terjadi di Indonesia, dimana kala itu perkeretaapian belum dikelola secara maksimal. Periode 1980-an, hewan ternak seperti ayam dan kambing masih diperbolehkan masuk ke dalam kereta dan duduk bersampingan dengan penumpang lainnya. Ditambah dengan bebasnya pedagang asongan menjajakan jualannya. Satu dekade berselang, masih belum ada perubahan yang signifikan dari si ular besi Indonesia.
Para penumpang yang tidak kebagian tempat duduk lebih memilih untuk ngampar di bordes, hingga di jendela yang sudah tidak berkaca. Belum lagi eksistensi para pedagangan asongan yang masih setia menjajakan jualannya. Belum lagi anak-anak kecil yang berlarian di selasar gerbong dan mengeluarkan teriakan serta kelakar khasnya, membuat kondisi di dalam kereta semakin semerawut.
Baca Juga: Maharajas Express, Kereta Termewah di Asia Bertarif Mulai Rp51 Juta
Kini semuanya sudah berubah. PT. KAI selaku operator dari kereta api dalam negeri selalu melakukan pembenahan dari berbagai aspek. Semua itu semata untuk meningkatkan pelayanan kepada para pelanggannya. Lalu, jika suasana chaos di dalam kereta api Indonesia terjadi pada tahun 80-an dan berhasil memperbaiki semua layanannya baru-baru ini, kira-kira kapan India bisa memperbaiki layanan kereta apinya?