Jalur perlintasan maut, mungkin sering sekali Anda mendengar perlintasan maut seperti di Bintaro, Tangerang yang merenggut banyak korban. Tak hanya perlintasan Bintaro, ada beberapa perlintasan lain yang juga bisa dikatakan perlintasan maut. Beberapa dari perlintasan maut ini masih beroperasi seperti perlintasan di Bintaro masih terus beroperasi.
Dua perlintasan maut di Rawabuaya, Jakarta Barat merupakan perlintasan yang akhirnya ditutup. Perlintasan sebidang ini, sebelum ditutup tahun 2014 lalu, dalam sebulan pasti terjadi minimal satu kali kecelakaan. Selain tidak ada pintu batas, di perlintasan ini juga tidak ada penjagaan yang tahu kapan kereta melintas. Sehingga pada 2014 lalu, jalur menuju perlintasan ini di tutup oleh PT KAI bersama dengan Dishub DKI Jakarta.

Selain untuk mengurangi kecelakaan yang ada, di dua perlintasan yang di tutup dari 42 perlintasan sebidang lainnya sudah ada fly over yang melewati perlintasan ini. Sehingga masyarakat akan lebih aman melewati fly over dibandingkan perlintasan tanpa pengamanan seperti palang pintu.
Sebenarnya banyak pelintasan sebidang seperti yang ada di Rawabuaya ini, di sekitaran Jakarta hampir semua daerah memiliki perlintasan sebidang tanpa palang pintu. Namun, sebagian besar perlintasan ini sudah di buatkan jalur aman seperti fly over atau jalur memutar dengan palang pintu.
Tak hanya Jakarta, di daerah lain yakni di Desa Tawangsari, Sukoharjo, Jawa Tengah juga memiliki salah satu jalur perlintasa sebidang tidak resmi. Di perlintasan sebidang desa Tawangsari ini sebenarnya tidak ada, namun dibuat sendiri oleh masyarakat sekitar perumahan tersebut. Diketahui tahun 2016 lalu semenjak adanya perlintasan sebidang di desa Tawangsari ini sudah ada empat orang tewas karena kecelakaan di perlintasan sebidang ini. Untuk itu, Kemenhub dan PT KAI melakukan pengecekan pada sepanjang jalur di desa Tawangsari ini dan akan dibuatkan fly over atau underpass kedepannya.
Di daerah Klaten, ada perlintasan KA bernama perlintasan Mbah Ruwet. Perlintasan tanpa palang pintu ini cukup terkenal, karena kasus kecelakaan yang sering terjadi di perlintasan itu. Padahal di perlintasan itu sangat ramai dilalui masyarakat sekitar namun belum ada palang resmi yang dibuat oleh PT KAI. Salah satu kejadian tragis di perlintasan ini tahun 2009 lalu, bus rombongan pengantin tertabrak oleh kereta di perlintasan ini. empat belas dari penumpang bus itu tewas akibat tabrakan yang terjadi dan penumpang lainnya selamat.
Saking banyaknya kecelakaan yang terjadi pada perlintasan ini. sempat terdengar desas desus perlintasan ini ditunggu oleh makhluk halus. Tak jarang beberapa stasiun TV melakukan uji nyali di tempat ini untuk mengetahui dan menghilangkan rasa penasaran tentang perlintas sebidang Mbah Ruwet ini.
Bila dilihat sekilas, perlintasan Mbah Ruwet ini sama dengn perlintasan sebidang lainnya tanpa palang pintu. Bahkan kondisinya lebih baik dari perlintasan lainnya karena sudah dipasangi palang semi permanen oleh masyarakat sekitar dan dijaga bergantian.
Diketahui, pada tahun 2017 ini, perlintasan Mbah Ruwet akan segera dipasang perlintasan kereta api yang permanen oleh PT KAI. Sebenarnya, sejak tahun 2008 lalu, PT KAI sudah tidak membuka dan tidak memperbolehkan lagi adanya perlintasan sebidang ini.