Tujuan utama dari hadirnya sarana transportasi berbasis massal adalah untuk penumpang yang lebih banyak dalam satu moda. Dengan begitu, diharapkan para pengguna jalan dapat meninggalkan kendaraan pribadinya di rumah dan beralih menggunakan sarana transportasi umum. Namun apa jadinya jika sarana transportasi berbasis massal yang sudah disiapkan pemerintah tidak dimanfaatkan oleh masyarakat? Tentunya upaya pemerintah untuk mengentaskan kemacetan akan sia-sia.
Baca Juga: Kendalikan Pikiran Anda, Cara Ampuh Atasi Dampak Stress dari Kemacetan
Kasus ini sudah bukan jadi rahasia umum di Ibukota, dimana pertumbuhan kuantiti dari kendaraan pribadi terus melaju sedangkan pemerintah pun semakin gencar untuk melakukan penambahan sarana transportasi umum. Alhasil, kemacetan yang semakin meradang menjadi imbas dari kegagalan program pemerintah ini.
Hal yang hampir serupa pun terjadi di negeri tetangga, Malaysia, dimana jaringan Mass Rapid Transit (MRT) Sungai Buloh – Kajang (SBK) pun dinilai gagal dalam urusan mengentaskan masalah kemacetan di Negeri Jiran. Dilansir KabarPenumpang.com dari laman freemalaysiatoday.com (25/2/2018), sebuah laporan dari Financial Times (FT) menyebutkan bahwa masyarakat setempat kurang memanfaatkan hadirnya sarana transportasi berbasis massal seperti MRT.
Padahal, pembangunan jalur MRT SBK ini mencapai angka RM23 miliar atau setara dengan Rp81 triliun, belum termasuk biaya pembebasan lahan dan konsultasi. Sebuah dana yang tidak sedikit untuk sebuah jaringan transportasi yang kurang dimanfaatkan oleh para pengguna jasa. Sebagaimana yang sudah direncanakan sejak awal pembangunan, jaringan MRT SBK ini memiliki kapasitas angkut maksimal 400.00 hingga 500.000 penumpang setiap harinya.
Namun pada kenyataannya, Prasarana Malaysia selaku operator dari jalur ini mengatakan bahwa armadanya hanya mengangkut 150.000 penumpang setiap harinya pada pertengahan 2017 silam. Angka tersebut terus mengalami penyusutan hingga ke level 132.000 penumpang per hari pada Januari 2018 kemarin.
“Angka pertumbuhan penumpang sangat lambat, bahkan cenderung merosot. Diperkirakan jalur MRT SBK ini tidak cocok untuk mengentaskan kemacetan,” tutur salah satu sumber dari Prasarana Malaysia. Kelangsungan layanan MRT SBK ini semakin buruk manakala lebih dari setengah responden survei FT Kuala Lumpur kuartal keempat tahun 2017 menyebutkan bahwa kondisi lalu lintas akan semakin parah di tahun 2018 ini meskipun jaringan MRT sudah jauh lebih baik.
Baca Juga: Taksi Air, Jadi Solusi Kemacetan di Malaka
“Hanya 16 persen yang mengatakan kondisi lalu lintas akan semakin membaik,” tandasnya.
Ya, bisa dibilang ini merupakan imbas dari predikat negara dengan tingkat kepemilikan kendaraan roda empat tertinggi di Asia Tenggara yang disandang oleh Malaysia. Berdasarkan pada data resmi yang dimiliki oleh pemerintah setempat, setiap 1.000 orang di Malaysia diperkirakan memiliki 415 mobil pada tahun 2017 silam. Angka tersebut melebihi presentase dari Thailand yang diketahui sebagai hub manufaktur otomotif di kawasan Asia Tenggara. Data menyebutkan bahwa setiap 1.000 orang di Thailand memiliki 166 kendaraan roda empat, lebih dari setengah angka kepemilikan kendaraan roda empat di Malaysia.