Jelang HUT Kemerdekaan RI Ke-72, ada kabar yang membanggakan datang dari dunia penerbangan, pasalnya PT Dirgantara Indonesia (PT DI) selaku BUMN Strategis pagi ini telah sukses melakukan flight test perdana pada pesawat twin engine turbo propeller produksi dalam negeri, N-219 di landasan pacu Bandara Husein Sastranegara Jalan Pajajaran Bandung, Rabu (16/8/2017).
Baca juga: ATR-72 600, Pesawat Tercanggih Untuk Penerbangan Perintis Nasional
Berhasil terbang selama lebih kurang 30 menit, penerbangan perdana prototipe N-219 dengan nomer registrasi PK-XDT diawaki Kapten Esther Gayatri Saleh, Chief Test Pilot PTDI sebagai Pilot In Command (PIC) dan Kapten Adi Budi Atmoko sebagai First Officer (F0). Acara flight test prototipe N-219 disaksikan oleh Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Agus Santoso, Direktur Utama PTDI, Budi Santoso beserta seluruh jajaran Direksi dan Dewan Komisaris PT DI.
N-219 adalah pesawat angkut ringan dengan kapasitas 19 penumpang yang dilengkapi dua mesin turbo propeller Pratt&Whitney Canada PT6A-42. Meski pengembangannya didasarkan atas kesuksesan NC-212, namun dari segi rancangan pesawat ini lebih identik dengan pesawat DHC-6 Twin Otter. Keduanya sama-sama mengusung desain sayap tinggi (high wing), begitu pun tampak sisi moncong yang mirip.
Disasar untuk memenuhi pasar penerbangan perintis, N-219 punya kemampuan STOL (short take-off and landing), yakni untuk lepas landas hanya dibutuhkan jarak panjanhg landasan 465 meter, dan untuk mendarat hanya butuh 510 meter. Guna memenuhi kebutuhan maskapai perintis, pesawat ini bisa mendarat di landasan tanah. Kabarnya untuk urusan roda, PT DI memasoknya dari perusahaan pembuat ban Achilles.Rancang bangun N-219 pertama kali diperlihatkan pada 12 November 2015. Dalam penggarapannya, dilakukan bersama antara PT DI dan LAPAN, peran LAPAN sebagai pusat uji coba dan riset N-219.
Baca juga: Lima Maskapai Ini Kondang Untuk Rute Perintis
Dirancang handal untuk medan perintis dengan biaya operasional relatif rendah, menjadikan N-219 tak hanya dilirik pasar penerbangan sipil. TNI dikabarkan telah memesan N-219 untuk kebutuhan satu skadron, dengan jumlah antara 9 – 15 unit. Meski belum dirilis spesifikasi untuk varian intai maritim, namun bila melihat dari kemampuan payload yang mencapai 2,3 – 2,5 ton, maka urusan mofikasi dan adopsi perangkat sensor/radar jadi lebih mudah. Dalam versi standar, di dalam radome terdapat radar cuaca, maka seperti halnya pada Twin Otter varian intai maritim, maka dibawah radome atau di depan nose landing gear bisa disematkan modul radar atau sensor electro optics.